• UGM
  • SPs UGM
  • Perpustakaan
  • DTI UGM
  • Webmail
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Program Studi
Magister Teknik Biomedis
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sejarah Pendirian
    • Visi, Misi dan Tujuan
    • Pengelola dan Staff
  • Akademik
    • Program
    • Matakuliah
    • Dosen Pengajar
    • Pendaftaran
    • Riset
    • Panduan Poster Tesis
  • Alumni
  • Galery
    • Perjalanan Berdirinya BME
    • Video Kegiatan
  • Kontak
  • Beranda
  • Pos oleh
Pos oleh :

Admin~

Jeremia Teliti Desain Drug-Eluting Stent Berlapis Kitosan dan Kurkumin untuk Meminimalkan Resiko Restenosis

BeritaSlide Kamis, 7 Agustus 2025

Jeremia Frandy Apitalau, mahasiswa Program Magister Teknik Biomedis, tengah menuntaskan penelitian tesisnya dengan topik strategis yang mengangkat potensi penghantaran obat pada drug-eluting stent (DES). Penelitiannya yang berjudul “Desain Controlled Release Drug-Eluting Stent dengan Multi-lapisan Kitosan dan Kurkumin” bertujuan mengatasi tantangan utama dalam aplikasi klinis stent berlapis obat, yakni initial burst release yang berpotensi meningkatkan risiko restenosis (penyempitan kembali pembuluh darah).

Jeremia menjelaskan bahwa beberapa produk DES komersial saat ini masih memiliki keterbatasan pada fase awal pelepasan obat. Fenomena initial burst release yang terlalu cepat dapat menimbulkan efek samping klinis yang merugikan. Untuk mengatasi hal ini, ia merancang pendekatan multi-layer coating menggunakan kitosan yang di ikat silangkan dengan genipin sebagai polimer utama, serta kurkumin sebagai zat aktif yang diuji.

“Strategi berlapis ini dirancang untuk menghasilkan profil pelepasan obat yang lebih terkendali dan stabil,” jelas Jeremia.

Proses pelapisan dilakukan dengan teknik ultrasonic coating yang dikontrol melalui variasi kecepatan forward speed pada rotary drive (7.0, 8.0, dan 9.0 mm/s). Metode spektrofotometri UV-Vis yang digunakan untuk mengukur konsentrasi kurkumin telah melalui uji validasi dan terbukti sahih. Hasilnya menunjukkan bahwa ketebalan lapisan berbeda secara signifikan antar kecepatan, sementara pelepasan kurkumin tidak mengalami perbedaan signifikan antar variabel tersebut.

Permukaan pelapis menunjukkan perubahan morfologi yang mencolok pada kecepatan 9.0 mm/s. Dari hasil uji profil pelepasan, ditemukan bahwa model Peppas-Sahlin paling sesuai dengan data empiris, menunjukkan bahwa mekanisme difusi Fickian mendominasi hingga hari ke-6 atau ke-7, sebelum perlahan digantikan oleh mekanisme relaksasi polimer. Sementara itu, model Korsmeyer-Peppas mengindikasikan mekanisme transpor super case II, yang melibatkan pelepasan berbasis relaksasi atau erosi.

Menariknya, model zero-order yang juga digunakan menunjukkan bahwa desain stent mampu menghadirkan pelepasan obat yang konstan dan terkontrol – tanpa memunculkan initial burst release yang tidak diinginkan.

Jeremia berharap bahwa hasil penelitiannya ini dapat menjadi kontribusi nyata dalam pengembangan teknologi stent masa depan. “Semoga program studi Teknik Biomedis semakin berkembang dan mampu berkontribusi signifikan terhadap kemajuan inovasi medis di Indonesia,” ujarnya.

Penelitian ini diharapkan membuka jalan baru bagi pengembangan drug-eluting stent generasi berikutnya yang lebih aman dan efektif dalam menangani penyakit kardiovaskular di Indonesia.

Kegiatan ini selaras dengan pelaksanaan SDGs ke 3 tentang Kehidupan yang Sehat dan Sejahtera, nomor 4 tentang Pendidikan Berkualitas. 

 

Penulis : Arni W

Editor : Rini Dharmasiti, Jeremia

Pedoman Pembuatan Poster Tesis

Pengumuman Rabu, 30 Juli 2025

Download Pedoman Poster Tesis

Tingkatkan Estetika Gusi Tiruan, Rezki Teliti Pewarnaan Heat Cure Polymers

Berita Sabtu, 26 April 2025

Rezki Setiyani, mahasiswa Program Magister Teknik Biomedis Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM , menyelesaikan penelitian tesis dan telah mengikuti Wisuda pada 23 April 2025. Penelitian Rezki  mengangkat isu penting dalam bidang prostetik gigi, khususnya terkait pewarnaan material gusi tiruan. Penelitian yang berjudul “Studi Pewarnaan Material Heat Cure Polymers untuk Gusi Tiruan” ini bertujuan untuk mengeksplorasi komposisi pewarnaan optimal pada material heat cure polymers guna menghasilkan gusi tiruan yang menyerupai warna alami gusi manusia.

Gusi tiruan merupakan komponen krusial dalam prostetik gigi karena berperan tidak hanya dalam fungsi mekanis, tetapi juga dalam aspek estetika dan kenyamanan pasien. Namun, hingga saat ini belum terdapat standar warna yang diterima secara universal untuk warna gusi. Hal inilah yang mendorong Rezki untuk melakukan studi eksperimental terhadap pewarnaan pada material heat cure polymer.

“Material heat cure polymer dikenal memiliki ketahanan tinggi dan mampu menyesuaikan bentuk dengan baik, tetapi referensi warna yang ada hanya sedikit dan sering kali tidak menyerupai warna gusi alami,” jelas Rezki.

Dalam penelitiannya, Rezki menggunakan pewarna makanan berbasis minyak sebagai bahan pewarna utama. Pengujian dilakukan untuk mengetahui karakteristik mekanik seperti kekerasan material, interaksi kimia antara material dan bahan pewarna menggunakan uji FTIR (Fourier-transform infrared spectroscopy), serta stabilitas warna terhadap kondisi mulut melalui perendaman dalam cairan saliva tiruan.

Metode analisis warna dilakukan dengan mengambil foto spesimen dan menganalisisnya melalui perangkat lunak Adobe Photoshop menggunakan sistem pembacaan warna L*a*b*, yang kemudian diinterpretasikan dengan standar sistem warna CIELAB.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan potensi penambahan variasi shade warna pada material heat cure polymers, sehingga gusi tiruan dapat disesuaikan lebih baik dengan kondisi warna alami pasien. Dengan demikian, peningkatan kualitas estetika dan kepuasan pengguna prostesis dapat lebih terjamin.

Rezki yang telah mengikuti wisuda pascasarjana UGM pada Januari 2025 menyampaikan harapannya bahwa hasil penelitiannya dapat mendorong pengembangan prostetik gigi yang lebih personal dan estetis di masa depan.

“Dengan bertambahnya pilihan warna yang menyerupai gusi alami, semoga teknologi prostetik semakin mampu menjawab kebutuhan estetika pasien,” pungkasnya.

Kegiatan ini juga selaras dengan pelaksanaan SDGs Nomor 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, Nomor 4 tentang Pendidikan Berkualitas, Nomor 17 tentang Kerjasama untuk mencapai tujuan 

 

Penulis : Arni W.

Editor : Rini Dharmastiti, Rezki S.

Fauzyah Aprillia Teliti Penerapan Algoritma Machine Learning dalam Memprediksi Kecemasan Anak saat Menjalani Perawatan Gigi di Klinik

Berita Kamis, 24 April 2025

Fauzyah Aprilia, mahasiswa Magister Teknik Biomedis Universitas Gadjah Mada (UGM), berhasil menyelesaikan penelitian tesis dengan judul “Hubungan antara Parameter Fisiologis dengan Tingkat Kecemasan Anak pada Praktik Perawatan Gigi Menggunakan Machine Learning”. Penelitian inovatif ini mengangkat isu penting dalam dunia kesehatan gigi anak, yakni kecemasan yang kerap menjadi tantangan besar bagi para dokter gigi.

Berdasarkan temuan Fauzyah, diperkirakan sekitar 80% populasi anak mengalami kecemasan yang signifikan saat menjalani prosedur perawatan gigi. Kondisi ini tidak hanya mengganggu kenyamanan psikologis anak, tetapi juga berpotensi menurunkan efektivitas klinis serta keberhasilan jangka panjang dari intervensi terapeutik yang diberikan.

“Parameter fisiologis seperti denyut nadi, tekanan darah, laju pernapasan, suhu tubuh, dan saturasi oksigen dapat berfungsi sebagai indikator biometrik yang relevan dalam mendeteksi tingkat kecemasan pada anak,” ungkap Fauzyah. Melalui pendekatan machine learning, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis serta memprediksi pola kecemasan anak berdasarkan data fisiologis tersebut, guna mendukung deteksi dini dan intervensi yang lebih tepat dalam konteks perawatan gigi anak.

Penelitian ini melibatkan 100 subjek anak berusia 5 hingga 8 tahun yang menjalani prosedur pemeriksaan gigi di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Prof. Soedomo, Universitas Gadjah Mada. Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode purposive sampling berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Selain melakukan pengukuran terhadap parameter fisiologis, penelitian ini juga mencakup analisis kadar hormon kortisol sebagai indikator biologis untuk memvalidasi tingkat kecemasan anak selama prosedur berlangsung.

Hasil analisis penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara parameter fisiologis dengan tingkat kecemasan pada anak. Di antara seluruh parameter yang diuji, denyut nadi teridentifikasi sebagai faktor paling dominan yang berkontribusi terhadap tingkat kecemasan, dengan kontribusi sebesar 88,1%.

Fauzyah Aprillia telah menyelesaikan studi dan mengikuti prosesi wisuda pada tanggal 23 April 2025, dengan predikat kelulusan cumlaude. Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis, ia dibimbing oleh Dr. drg. Indra Bramanti, Sp.KGA(K), M.Sc. dari Fakultas Kedokteran Gigi selaku pembimbing utama, serta Prof. Dr. Eng. Kuwat Triyana, M.Si. dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam selaku pembimbing kedua.

Ke depannya, peneliti mengharapkan agar studi ini dapat dikembangkan lebih lanjut melalui penambahan parameter fisiologis lainnya, seperti pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG), Galvanic Skin Response (GSR), dan status hidrasi tubuh. Integrasi data tambahan tersebut diharapkan dapat memperkaya dimensi analisis serta meningkatkan akurasi model prediktif dalam mengidentifikasi tingkat kecemasan anak secara lebih komprehensif.

Fauzyah mengungkapkan bahwa berbagai temuan dan pengalaman baru yang diperoleh selama proses penelitian telah memperluas wawasan akademik serta mendorong munculnya gagasan riset lanjutan, khususnya dalam ranah Kedokteran Gigi Anak (KGA).

“Diharapkan ke depannya akan semakin banyak penelitian kolaboratif yang mengintegrasikan teknologi dengan praktik klinis, sehingga pelayanan kesehatan anak dapat ditingkatkan efektivitasnya dan didasarkan pada data yang valid,” tutup Fauzyah dengan harapan optimis.

Kegiatan ini juga selaras dengan pelaksanaan SDGs ke 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, Nomor 4 tentang Pendidikan Berkualitas, dan nomor 17 tentang Kerjasama untuk Mencapai Tujuan. 

Penulis : Arni W.

Editor : Rini Dh., Fauzyah.

Margot Campi Berbagi Pengalaman sebagai Mahasiswa Internasional Magister Teknik Biomedis SPs UGM

BeritaSlide Jumat, 18 April 2025

Margot Campi, mahasiswa asal Perancis dari IMT Atlantique di Brest, saat ini sedang mengikuti program pertukaran mahasiswa non-gelar di UGM.

Ia mengambil program di Magister Teknik Biomedis Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM.

Melalui salah satu temannya yaitu Fitri Nur Laily sebagai penerjemah, Margot berbagi antusiasmenya tentang program ini, perjalanan akademiknya, serta aspirasinya di bidang teknik biomedis yang terus berkembang pesat.

Margot memutuskan bergabung dengan program pertukaran mahasiswa di UGM karena keinginannya yang kuat untuk mengeksplorasi kekayaan budaya dan pemandangan menakjubkan Indonesia.

“I chose this program because I really wanted to discover Indonesia, for its landscapes and culture,” jelasnya dalam Bahasa Inggris. 

Reputasi kuat yang dimiliki UGM di bidang teknik biomedis juga menjadi faktor penting dalam keputusannya.

Selain itu, rekomendasi dari seorang teman yang pernah mengikuti program ini sebelumnya, semakin memperkuat pilihannya.

Sejak tiba di UGM, Margot merasa mata kuliah yang diikutinya menarik dan menantang secara intelektual.

Ia menilai para pengajar memang ahli di bidangnya masing-masing. 

 “I am very happy to be part of this program. The professors are truly experts in their fields, and everyone is so caring and helpful,” ungkapnya. 

Meskipun menjadi mahasiswa internasional pertama di Magister TB SPs UGM ini, ia merasa diterima dengan baik dan merasa nyaman di dalam kelas.

Margot percaya bahwa teknik biomedis memiliki potensi besar untuk mentransformasi dunia kesehatan.

“Technology is evolving so fast, improving diagnostics, treatments, and patient monitoring,” katanya. 

Ia sangat tertarik pada peran Kecerdasan Buatan (AI) dalam dunia medis, menekankan kemampuannya untuk merevolusi diagnosis dan pengobatan.

“I want to contribute to this field, especially in AI-related projects like disease detection,” tambahnya.

Waktunya di UGM tidak hanya memperluas pengetahuan akademiknya, tetapi juga memperdalam apresiasinya terhadap budaya Indonesia.

Ke depannya, Margot berharap dapat menggabungkan keterampilan teknisnya dengan penerapan AI inovatif untuk mengembangkan solusi kesehatan global.

Saat dikonfirmasi tentang kelas internasional, Kaprodi Magister TB SPs UGM Ir. Rini Dharmastiti, M.Sc, Ph.D menyampaikan bahwa prodi selalu mengupayakan peningkatan kualitas yang berkelanjutan untuk menjadi Prodi yang unggul dan berkelas International, 

Beberapa matakuliah diampu oleh dosen-dosen yang ahli dalam bidangnya dengan bahasa pengantar dual language (Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia), serta saat ini sedang mempersiapkan diri untuk mendapatkan akreditasi Internasional


Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com pada Minggu 30 Maret 2025 11:41 https://jogja.tribunnews.com/2025/03/30/margot-campi-berbagi-pengalaman-sebagai-mahasiswa-internasional-magister-teknik-biomedis-sps-ugm.


Kegiatan juga selaras dengan pelaksanaan SDGs Nomor 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, Nomor 4 tentang Pendidikan Berkualitas, Nomor 9 tentang Industri Inovasi dan Infrastruktur, Nomor 17 tentang Kerjasama untuk mencapai tujuan.

Mahasiswa Magister Teknik Biomedis UGM Ungkap Keunggulan Kuliahnya di Yogyakarta

BeritaSlide Kamis, 17 April 2025

Program Studi Magister Teknik Biomedis (BME) Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM terus menjadi magnet bagi mahasiswa yagn ingin mendalami rekayasa bidang kesehatan. 

Tiga mahasiswa dengan latar belakang berbeda membagikan pengalaman unik mereka saat menempuh studi lanjut di kota pendidikan ini. Indra Daulay, lulusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Medan, mengungkapkan ketertarikannya pada atmosfer akademik Yogyakarta.

“Budaya dan masyarakat Yogya sangat mendukung untuk belajar,” ujar mahasiswa yang pertama kali menginjakkan kaki di Yogya tahun 2003 ini.

Pengalaman paling berkesan bagi Indra adalah sistem pembelajaran multidisiplin.

“Kami bisa berinteraksi dengan mahasiswa dari berbagai jurusan dan menggunakan fasilitas laboratorium lintas fakultas,” jelasnya.

Ia mencontohkan pengalaman praktikum di laboratorium Bahan Teknik, Departemen Teknik Mesin dan Industri, FT UGM, untuk pengujian biomaterial.

Sementara itu, Salma Kamila, lulusan D4 Teknologi Radiologi Pencitraan Universitas Airlangga, memilih Yogya karena reputasi pendidikannya.

“Dosen-dosen di sini sangat membantu meskipun latar belakang saya bukan dari teknik,” tutur Salma.

Mahasiswi ini sangat mengapresiasi berbagai kegiatan tambahan seperti kuliah umum dan kunjungan industri.

“Kunjungan ke pabrik alat kesehatan multinasional memberi perspektif baru bagi saya yang sebelumnya hanya sebagai pengguna alat kesehatan,” tukasnya.

Salah mahasiswa Magister TB UGM lainnya , Bustamir Arif yang bekerja sebagai engineer di perusahaan alat kesehatan memutuskan melanjutkan studi untuk memperdalam ilmu biomedis.

“Yogya menawarkan lingkungan akademik yang hidup dan jaringan lintas disiplin yang kuat,” ujarnya.

Salah satu momen berkesan Bustamir adalah ketika dosennya menjelaskan perbedaan mendasar antara cara berpikir scientist dan engineer.

“Pemahaman ini sangat membantu dalam pendekatan riset saya,” ungkapnya.

Keunggulan Magister Teknik Biomedis UGM

Menurut mereka bertiga, terdapat  beberapa keunggulan utama dalam prodi ini yakni kolaborasi intensif antara fakultas terkait, seperti Fak. Teknik, Fak. MIPA, Fak. Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK), Fak. Kedokteran Gigi, Fak. Kedokteran Hewan, Fak. Farmasi, Fak. Biologi.

Kolaborasi dari 7 fakultas ini dinyatakan dalam bentuk:  dosen, akses fasilitas laboratorium yang selalu diperbaharui, dan kurikulum.

“Belajar Teknik Biomedis di UGM memberi perspektif holistik tentang pengembangan alat kesehatan,” tutur Bustamir.

“Kami tidak hanya belajar teori, tapi juga langsung terlibat dalam proyek-proyek nyata,” tambah Salma.

Dengan berbagai keunggulan ini, Program Studi Magister Teknik Biomedis UGM terus menjadi salah satu pilihan utama bagi mereka yang ingin berkontribusi dalam pengembangan teknologi kesehatan di Indonesia.

Alasan ketiga mahasiswa ini untuk memilih Yogyakarta sebagai tempat studi, sangatlah tepat, karena Yogyakarta merupakan kota yang nyaman untuk belajar akademis dan budaya.

Yogyakarta menjadi miniatur Indonesia dalam keberagaman.

Sedangkan UGM sendiri, tepat untuk dipilih karena merupakan universitas besar dengan 18 Fakultas, 2 Sekolah yaitu Sekolah Vokasi dan Sekolah Pascasarjana, dan 287 Program Studi.

Ditambah lagi, UGM mempunyai dosen-dosen yang berpengalaman dan fasilitas sarana prasarana yang sangat memadai.  


Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com pada Minggu, 30 Maret 2025 22:00 https://jogja.tribunnews.com/2025/03/30/mahasiswa-magister-teknik-biomedis-ugm-ungkap-keunggulan-kuliahnya-di-yogyakarta.

Kegiatan juga selaras dengan pelaksanaan SDGs Nomor 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, Nomor 4 tentang Pendidikan Berkualitas, Nomor 9 tentang Industri Inovasi dan Infrastruktur, Nomor 17 tentang Kerjasama untuk mencapai tujuan.

Penulis: Ari B

Editor : Arni W

Alumni Magister Teknik Biomedis SPs UGM ini Berinovasi Kembangkan Prototipe Teknologi Kesehatna.

BeritaSlide Selasa, 15 April 2025

Keterbatasan sarana kesehatan di wilayah kepulauan tidak menyurutkan semangat dr. R. A. A. Koesoema Wijaya, M.Sc. untuk berinovasi.

Dokter Puskesmas Kepulauan Seribu Utara Jakarta ini berhasil mengembangkan prototipe teknologi kesehatan berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dapat membantu pelayanan medis di daerah terpencil. 

Bertugas di wilayah kepulauan dengan akses terbatas menjadi motivasi utama dr. Wijaya, panggilan akrabnya, untuk menciptakan solusi teknologi. 

“Saya sering menghadapi tantangan dalam melayani pasien karena kurangnya sarana dan prasarana. Ini yang mendorong saya berpikir, harus ada terobosan teknologi yang tepat guna,” ujarnya.

Salah satu inovasinya adalah sistem pemantauan tanda-tanda vital pasien berbasis teknologi.

Sistem ini dirancang untuk membantu dokter dalam pengambilan keputusan klinis, memprediksi risiko komplikasi, dan mendukung pengobatan yang lebih presisi (precision medicine). 

“Teknologi ini berfungsi sebagai second opinion bagi dokter. Tapi yang terpenting, kami memastikan keamanan data pasien dengan sistem tertutup berbasis jaringan lokal dan pengaturan hak akses yang ketat,” jelasnya.

Prototipe ini awalnya dikembangkan secara mandiri oleh dr. Wijaya dengan memanfaatkan Generative AI.

Namun, ia kemudian mengajak kolaborasi mahasiswa S2 TB UGM untuk melanjutkan riset dan pengembangan. 

“Saya membagikan ide ini kepada teman-teman yang berminat, agar bisa kita sempurnakan bersama,” katanya.

Inovasi ini tidak hanya berhenti di tahap konsep. Tahun lalu, tim Puskesmas yang dipimpin dr. Wijaya berhasil meraih juara 1 dalam kompetisi Gugus Kendali Mutu tingkat Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. 

Mereka mengusulkan sistem perencanaan anggaran Puskesmas berbasis teknologi yang mampu meningkatkan efektivitas pelayanan.

 “Sistem ini sudah kami terapkan, tapi terus kami evaluasi dan sempurnakan sesuai kebutuhan di lapangan,” ungkapnya

Bila mengingat masa ia kuliah dulu, dr. Wijaya mengakui bahwa studi di Prodi TB SPs UGM memberikan dampak besar pada cara berpikirnya dalam menyelesaikan masalah kesehatan. 

“Prodi Magister TB SPs UGM tidak hanya mengajarkan teori, tapi juga melatih kami untuk mencari solusi dengan pendekatan teknik dan kolaborasi lintas disiplin. Ini yang sangat membantu dalam pekerjaan saya sekarang,” tuturnya.

Ia berharap inovasi yang dikembangkannya dapat bermanfaat tidak hanya di wilayah kepulauan, tapi juga di berbagai fasilitas kesehatan di Indonesia. 



“Teknologi harus digunakan secara bijak, sesuai kebutuhan. Seperti telemedicine, yang bisa menjadi solusi untuk daerah yang sulit dijangkau,” tambahnya.

Prestasi dan Harapan ke Depan

Tim dr. Wijaya terdiri dari lima orang dengan latar belakang berbeda: Moch Anas (IT), Ega (Keuangan), Hendra (Perencanaan), Zulkarnain (Adminkes), serta dua staf Dinas Kesehatan.

Kolaborasi ini membuktikan bahwa inovasi di bidang kesehatan membutuhkan kerjasama multidisiplin.

“Kami bangga bisa berkontribusi, meskipun di tingkat provinsi belum meraih penghargaan. Tapi ini bukan akhir, kami akan terus berimprovisasi,” tegasnya.

Presentasi lengkap mengenai inovasi ini dapat disimak di kanal YouTube Dr. Wijaya: https://youtu.be/tmagsZLepDY.

Dengan semangat pantang menyerah, Dr. Wijaya berkomitmen untuk terus mengembangkan teknologi yang mendukung kemajuan pelayanan kesehatan di Indonesia.

“Prodi Magister TB SPs UGM menyiapkan para mahasiswanya bisa saling berkolaborasi dan memberi ruang berinovasi bagi mereka. Salah satu contoh sukses dari proses yang berkembang di Prodi ini adalah dr. Wijaya,”kata Ir. Rini Dharmastiti, MSc., Ph.D., selaku Ketua Prodi Magister TB SPs  UGM (*)

 

Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com pada Sabtu, 29 Maret 2025 12:30 https://jogja.tribunnews.com/2025/03/29/alumni-magister-teknik-biomedis-sps-ugm-ini-berinovasi-kembangkan-prototipe-teknologi-kesehatan.

Kegiatan juga selaras dengan pelaksanaan SDGs Nomor 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, Nomor 4 tentang Pendidikan Berkualitas, Nomor 9 tentang Industri Inovasi dan Infrastruktur, Nomor 17 tentang Kerjasama untuk mencapai tujuan.

Djoko Kuswanto: Inovasi Teknik Biomedis untuk Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

BeritaSlide Senin, 14 April 2025

Menjadi sebuah kebanggan bagi sebuah prodi manakala mahasiswa yang dididik berhasil menjadi alumni yang berkarya bagi orang banyak.

Sejak lulus dari Magister Teknik Biomedis Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 2016, Djoko Kuswanto, S.T., M.Biotech telah menorehkan berbagai inovasi dalam dunia kesehatan, khususnya di bidang teknologi biomedis. Fokus utama karirnya adalah pengembangan teknologi medis berbasis digital untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia.

Langkah pertama yang diambil setelah menyelesaikan studi adalah melanjutkan mengajar di Departemen Desain Industri (1997-2023) dan Program Studi Teknologi Kedokteran (2024-sekarang) di Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Institut Teknologi Sepuluh Nopember  (ITS)  Surabaya. 

“Saya ingin mengintegrasikan ilmu teknik biomedis, desain industri, serta kedokteran dasar untuk menciptakan solusi inovatif di bidang kesehatan,” ujarnya.

Pada tahun 2018, beliau mendirikan Rumah Prostesis Indonesia Foundation yang bergerak dalam produksi dan donasi prostesis bagi penyandang disabilitas. Setahun kemudian, ia menginisiasi berdirinya Integrated Digital Design Research Center for Medical (iDIG-RCMed) bekerja sama dengan Rumah Sakit Universitas Airlangga.

 “Pusat penelitian ini bertujuan mengembangkan alur kerja desain digital terintegrasi untuk pembuatan implan khusus, perencanaan pra-operasi, dan pengembangan teknologi rehabilitasi medis,” jelasnya.

Dalam upaya mendukung pengembangan teknologi medis di Indonesia, pada tahun 2021 ITS mendirikan PT Tekno Sains Medika. Perusahaan ini berfokus pada pengembangan dan distribusi alat kesehatan yang sesuai dengan standar nasional dan internasional. Salah satu inovasi unggulan yang dikembangkan adalah implan kranioplasti dengan teknologi fabrikasi digital yang lebih terjangkau.

Bahan baku tergantung impor

Namun, perjalanan inovasi ini tidak selalu berjalan mulus. Tantangan terbesar yang dihadapi adalah keterbatasan akses terhadap bahan baku medis yang masih bergantung pada impor. 

“Bahan seperti titanium dan PEEK yang umum digunakan dalam pembuatan implan sangat mahal dan sulit didapat,” ungkapnya. Untuk mengatasi masalah ini, beliau mengembangkan metode alternatif dengan bahan Polymethylmethacrylate (PMMA), yang lebih murah dan dapat diproduksi secara lokal.

Selain kendala bahan baku, infrastruktur di Indonesia yang belum sepenuhnya mendukung penerapan teknologi terbaru menjadi tantangan lainnya. Oleh karena itu, berbagai program pelatihan dan kolaborasi dengan institusi medis dan akademik terus digalakkan guna meningkatkan kompetensi tenaga medis serta memperluas akses terhadap teknologi fabrikasi digital.

Ilmu yang diperoleh selama studi di Magister Teknik Biomedis UGM menjadi landasan utama dalam inovasi yang dikembangkan. “Penelitian saya tentang rekonstruksi tulang kranial menggunakan metode Additive Manufacturing memberikan pemahaman mendalam tentang pembuatan implan medis dan tantangan implementasinya,” jelasnya.

Pesan untuk mahasiswa

Untuk mahasiswa yang ingin mengikuti jejaknya di bidang ini, Djoko Kuswanto menyarankan agar terus mengasah keterampilan dalam desain digital, fabrikasi digital, serta kemampuan analisis kritis. 

“Jangan takut mencoba pendekatan baru dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Inovasi tidak selalu tentang teknologi canggih, tetapi bagaimana menciptakan solusi yang tepat guna dan dapat diterapkan sesuai kondisi lokal,” pesannya.

Melalui inovasi dan kolaborasi yang terus dilakukan, Djoko Kuswanto berharap teknologi biomedis di Indonesia semakin berkembang dan dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat luas.

Menurut Kaprodi Magister Teknik Biomedis UGM, Ir. Rini Dharmastiti, M.Sc., Ph.D, karena kiprahnya dalam inovasi, Desan dan Kreativitas, maka Djoko Kuswanto telah mendapatkan penghargaan sebagai Alumni Berprestasi, tanggal 27 Otober 2023, saat punak acara Lustrum VIII Sekolah Pascasarjana UGM. 

Terus bersemangat berkarya dan berinovasi bagi bangsa dalam bidang teknik Biomedis, dan semakin banyak masyarkat merayakan hasil karyanya. 

Berita ini juga tayang di Koran Tribun, hari Sabtu, 29 Maret 2025 pada tautan https://jogja.tribunnews.com/2025/03/29/djoko-kuswanto-inovasi-teknik-biomedis-untuk-meningkatkan-kesehatan-masyarakat.

Kegiatan juga selaras dengan pelaksanaan SDGs Nomor 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, Nomor 4 tentang Pendidikan Berkualitas, Nomor 9 tentang Industri Inovasi dan Infrastruktur, Nomor 17 tentang Kerjasama untuk mencapai tujuan.

Cerita Drg. Abizar Agung Wibawa tentang Prodi Teknik Biomedis UGM

BeritaSlide Sabtu, 12 April 2025

Yogyakarta – Drg. Abizar Agung Wibawa, mahasiswa Magister Teknik Biomedis Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), mengawali perjalanan akademiknya dengan terlibat dalam proyek Research Sharing Vol. 1. Dalam proyek ini, ia dipercaya sebagai Master of Ceremony (MC) untuk kegiatan yang mempertemukan dosen dan mahasiswa guna membahas berbagai topik penelitian di bidang teknik biomedis.

“Saya masih di semester pertama saat diminta menjadi MC dalam kegiatan ini. Awalnya terasa menantang karena saya belum mengenal banyak dosen dan mahasiswa lain, tetapi justru melalui acara ini saya bisa berkenalan dengan lebih banyak orang dari berbagai latar belakang ilmu,” ungkapnya.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan berbagai riset multidisiplin dalam teknik biomedis, sekaligus menjadi wadah berbagi wawasan antara dosen dan mahasiswa. Teknik Biomedis sendiri merupakan bidang studi yang menggabungkan ilmu teknik dan medis untuk menyelesaikan berbagai masalah di dunia kesehatan. Dengan pendekatan ini, mahasiswa diharapkan mampu menciptakan inovasi yang dapat meningkatkan kualitas layanan medis.

Menghadapi proyek ini, Drg. Abizar mengakui adanya tantangan besar, terutama dari sisi teknis. 

“Sebagai mahasiswa baru, saya harus memahami banyak materi baru yang sebelumnya tidak saya pelajari di kedokteran gigi. Teknik Biomedis memiliki cakupan yang sangat luas dan mencakup berbagai disiplin ilmu, sehingga saya perlu beradaptasi dengan cepat,” jelasnya.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, ia menerapkan strategi komunikasi aktif dengan mahasiswa dan dosen senior. 

“Saya tidak segan untuk bertanya dan berdiskusi dengan dosen, kakak tingkat, dan teman-teman lainnya. Mereka sangat terbuka dan membantu saya memahami konsep-konsep baru yang berkaitan dengan teknik biomedis,” tambahnya.

Dari proyek ini, ia mendapatkan wawasan berharga tentang bagaimana dunia teknik berkontribusi dalam sektor kesehatan. 

“Di bidang kedokteran gigi, hampir semua tindakan memerlukan alat dan bahan, seperti dental chair, bahan tambal, dan alat bur gigi. Melalui Teknik Biomedis, saya kini memahami bagaimana alat-alat tersebut dirancang, dikembangkan, dan dimodifikasi agar lebih efektif bagi pasien,” ujarnya.

Kolaborasi tenaga medis dan insinyur medis

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara tenaga medis dan insinyur biomedis dalam meningkatkan layanan kesehatan. 

“Permasalahan kesehatan di Indonesia sangat kompleks dan membutuhkan sinergi antara berbagai bidang. Dokter dan perawat bukan satu-satunya yang berperan dalam layanan kesehatan, tetapi juga para insinyur yang merancang teknologi medis. Research Sharing ini menjadi jembatan penting antara ilmu teknik dan kedokteran dalam memajukan dunia kesehatan di Indonesia,” tutupnya.

Dengan keterlibatan aktifnya dalam dunia Teknik Biomedis, Drg. Abizar berharap dapat terus berkontribusi dalam pengembangan teknologi medis, khususnya di bidang kedokteran gigi. Ia ingin menciptakan inovasi yang tidak hanya meningkatkan efektivitas alat-alat medis tetapi juga membuatnya lebih terjangkau bagi masyarakat luas.

Berita ini juga tayang di Tribun Jogja.com hari Sabtu, 29 Maret 2025 pada tautan https://jogja.tribunnews.com/2025/03/29/cerita-drg-abizar-agung-wibawa-tentang-prodi-magister-teknik-biomedis-ugm

Kegiatan juga selaras dengan pelaksanaan SDGs Nomor 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, Nomor 4 tentang Pendidikan Berkualitas, Nomor 9 tentang Industri Inovasi dan Infrastruktur, Nomor 17 tentang Kerjasama untuk mencapai tujuan.

Prodi BME SPs UGM Dorong Inovasi Mahasiswa Lewat Kolaborasi Riset dan Pemanfaatan AI

BeritaSlide Jumat, 11 April 2025

Sekolah Pascasarjana (SPs) Universitas Gadjah Mada (UGM) terus mendorong mahasiswanya untuk berinovasi melalui berbagai kegiatan akademik dan riset multidisiplin.

Gabriel Aryo Wicaksono (Aryo), salah satu mahasiswa menceritakan bagaimana prodi ini memotivasi mahasiswa dengan menghadirkan guest lecturer dari berbagai latar belakang, antara lain dari BRIN dan Fakultas Kedokteran Gigi UGM.

“Kolaborasi dengan peneliti seperti Ibu Gusnaniar, M. Biotech, Ph.D, dan drg. Isti Rahayu S, M.Biotech., Sp.Rad.O.M(K)., Ph.D. membuka peluang riset biomedis yang aplikatif,” ujarnya.

Aryo yang berlatar belakang S1 Teknik Elektro, fokus pada pengembangan instrumentasi biomedis, khususnya sistem mikroskop berbasis Artificial Intelligence (AI) untuk deteksi bakteri tuberkulosis (TBC).

“AI berperan besar dalam mempercepat diagnosa TBC, yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia,” jelasnya.

Menurut Aryo, Prodi Magister TB membekalinya dengan keterampilan memanfaatkan AI untuk riset, mulai dari analisis data hingga optimasi alat diagnostik.

Keberhasilan Aryo dalam menyelesaikan studinya nanti, tidak lepas dari Prodi Magister TB yang mendorong kemandirian, manajemen waktu yang baik, dan life long learning (keinginan belajar di sepanjang hayat).

Jeremia Frandi Apitalau atau yang akrab disapa Jere, rekan satu prodinya, membagikan strateginya menyeimbangkan studi, riset, dan kehidupan pribadi. Jere sendiri berlatar belakang S1 Biologi.

“Terkait manajemen waktu, saya menggunakan to-do list harian dan teknik Pomodoro agar tetap fokus,” kata Jere.

Tantangan terbesarnya adalah mengatur prioritas ketika menghadapi deadline yang berdekatan.

Namun, ia mengatasinya dengan disiplin membagi waktu dan menyisipkan kegiatan refreshing seperti olahraga.

Jere bersama dengan para pembimbing di UGM, tengah meneliti desain coating untuk ring jantung dengan pelepasan obat terkontrol menggunakan sistem multi-lapisan.

“Saya memanfaatkan teknologi ultrasonic coating dan kolaborasi dengan laboratorium Farmasi UGM,” paparnya.

Riset ini bertujuan memberikan kontribusi solusi bagi pengembangan ring jantung di Indonesia.

Kolaborasi dan Dukungan Dosen: Kunci Sukses Riset

Kedua mahasiswa sepakat bahwa dukungan dosen TB sangat vital.

“Dosen terbuka terhadap ide mahasiswa, bahkan memfasilitasi laboratorium dan pendanaan riset,” ungkap Aryo.


Jere menambahkan, bimbingan dosen juga membantunya merencanakan studi lanjut S3.

Prodi TB UGM, dengan pendekatan multidisiplinnya, terbukti menjadi wadah ideal bagi mahasiswa seperti Aryo dan Jere untuk mengembangkan inovasi berbasis teknologi dan kesehatan.

Kisah mereka membuktikan bahwa kombinasi antara multidisiplin keilmuan, manajemen waktu, life long learning, adalah resep sukses untuk keberhasilan menciptakan hasil riset yang aplikatif.

Bagi mahasiswa yang ingin berkontribusi di dunia medis-teknologi, Prodi Magister TB UGM menawarkan ekosistem riset yang dinamis—tempat di mana inovasi-inovasi brilian bisa diwujudkan. 

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com pada 28 Maret 2024 14:00 WIB pada tautan https://jogja.tribunnews.com/2025/03/28/prodi-tb-sps-ugm-dorong-inovasi-mahasiswa-lewat-kolaborasi-riset-dan-pemanfaatan-ai.

Kegiatan juga selaras dengan pelaksanaan SDGs Nomor 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, Nomor 4 tentang Pendidikan Berkualitas, Nomor 9 tentang Industri Inovasi dan Infrastruktur, Nomor 17 tentang Kerjasama untuk mencapai tujuan.

123
Universitas Gadjah Mada

Program Magister Program Studi Teknik Biomedis
Sekolah Pascasarjana UGM
Jl. Teknika Utara, Pogung, Yogyakarta.
Website: https://bme.pasca.ugm.ac.id
email: bme.pasca@ugm.ac.id
Telp: 0274-564239, 0274-544975</P?

© Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY