
Penyakit-penyakit kronis seperti jantung, stroke, cancer dll semakin banyak dialami oleh warga. Untuk saat ini, penanganan penyakit kronis dan pelayanan kesehatan masyarakat masih memiliki banyak ketergantungan alat-alat kesehatan dari luar negeri.
Sementara untuk alat-alat kesehatan produksi dalam negeri masih sangat terbatas dan perlu dipercepat peningkatannya. Lahirnya UU Nomor 17 tahun 2023 pun membuka peluang bagi industri dalam negeri untuk mendorong percepatan produksi alat-alat kesehatan secara mandiri.
Bahkan undang-undang tersebut secara jelas mengamanatkan perhatian khusus kepada penyelenggaraan kesehatan yang terjangkau kepada masyarakat terutama tenaga kemandirian produksi alat-alat kesehatan.
Menjawab tantangan akan kebutuhan alat-alat kesehatan itu, SPS UGM, membuka prodi Magister Teknik Biomedis. Harapannya, prodi ini bisa menghasilkan lulusan yang mampu menciptakan alat medis untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang selama ini masih bergantung dari impor. Kaprodi Magister Teknik Biomedis, Ir. Rini Dharmastiti, M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng, menyebutkan, bidang keilmuan teknik biomedis dapat menjawab tantangan tadi.
“Penelitian dan produksi karya alat-alat kesehatan oleh prodi ini merupakan bentuk nyata kontribusi untuk program Bangun Industri nasional berdasar RIPIN 2015-2035,” katanya. “Oleh karena itu penyiapan lulusan selama 4 semester, yang sesuai menjadi fokus utama,” ucapnya.
Dr. Rini menjelaskan, Prodi ini didukung oleh 7 Fakultas di UGM, baik dosen maupun fasilitas laboratorium. Beberapa penelitian dan karya yang dihasilkan dalam bidang keilmuan teknik biomedis adalah ring jantung, prostetik, ortotik, pemanfaatan kecerdasan buatan untuk deteksi awal suatu penyakit.
“Harapan kita dengan bertambahnya SDM di bidang keilmuan teknik biomedis, dapat menghasilkan alat kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia, termasuk harga yang terjangkau,” ungkap-nya. Oleh karena itu prodi Magister Teknik Biomedis ini membuka program penerimaan mahasiswa baru bagi lulusan dari jenjang S1/D4 dari berbagai jurusan yang relevan.
“Yang berasal dari program yang kurang relevan, diperlukan bridjing course untuk membantu menambah dasar pengetahuan sebelum mengikuti kuliah,’ jelasnya. Bagi calon mahasiswa yang terkendala biaya, Sekolah Pascasarjana juga menyediakan beasiswa, program bantuan pengurangan UKT.
Pendaftaran Beasiswa untuk pengurangan UKT ini dilakukan saat calon mahasiswa sudah mendaftar pada salah satu prodi yang berada di Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM. Tahap selanjutnya akan diseleksi jika sudah dinyatakan diterima di salah satu prodi yang berada di SPs UGM.
Tahun in, kata Dr. Rini, penerimaan mahasiswa baru masih dibuka tiga gelombang, yakni 12 Februari-12 Maret (Gelombang II), 15 April – 14 Mei (gelombagn III), dan 10 Juni – 2 Juli (gelombang IV). Jenis program yang ditawarkan adalah reguler dan berbasis penelitian (yang lebih cocok untuk para karyawan yang sedang bekerja dalam bidang teknik biomedis)
Peluang kerja.
Berdasarkan catatan Asosiasi Institusi Pendidikan Teknik Biomedis Indonesia (AIPTBI) yang saat disebut P2TBI (Perhimpunan Prodi Teknik Biomedis Indonesia), proyeksi kebutuhan tenaga teknik biomedis tersebar di 6 lembaga yakni Rumah Sakit, Industri Alat kesehatan, Laboratorium Klinik, Lembaga Pemerintahan, Institusi Pendidikan/Akademisi, dan Lembaga Riset. “Melihat data ini, kebutuhan tenaga teknik biomedis, masih tinggi,” imbuhnya. Ia pun berharap melalui prodi ini, Indonesia mampu berdikari dan tidak bergantung lagi dengan peralatan medis dari luar negeri.
Berita ini juga tayang di Koran Tribun Jogja, Hari Jumat, 7 Maret 2024.
Kegiatan ini juga selaras dengan pelaksanaan SDGS Nomor 3 tentang Kehidupan Sehat dan Sejahtera, Nomor 4 tentang Pendidikan Berkualitas, Nomor 9 tentang Industri Inovasi dan Infrastruktur, Nomor 17 tentang Kemitraan untuk Mencapai Tujuan.
Penulis : Ari B
Editor : Arni W.